KESENIAN HIBURAN

TUNTUTAN MASYARAKAT YANG MEMERLUKAN HIBURAN, SEBAGAI PELEPAS LELAH SETELAH MEREKA SELESAI MENJALANKAN TUGASNYA, MERUPAKAN SUATU PROSES UNTUK MEWUJUDKAN JENIS-JENIS KESENIAN SEBAGAI PENAMBAH KEKAYAAN KHASANAH KESENIAN DI JAWA BARAT.

RONGGENG GUNUNG

Ronggeng gunung merupakan sandiwara rakyat yang menceritakan kisah puteri Raja haur Kuning dari Pangandaran yang sedang menderita karena ditinggalkan ayahnya gugur di medan perang dan kekasihnya ada yang membunuh. Kisah tersebut diakhiri dengan pertemuan antara dia dengan Prabu Sawung Galing kemudian dijadikan prameswari. Untuk mengenang kisah tersebut dia membuat jenis kesenian yang disebut Ronggeng Gunung

Lagu-lagu dalam kesenian itu diberi nama sesuai dengan peristiwa-peristiwa, diantaranya:

- Kuduk Turi: menggambarkan tangisan sang putri ketika mendapatkan kekasihnya telah menjadi mayat yang membusuk

- Tunggul Kawung: melukiskan sang puteri beserta pengikutnya sedang menebang pohon kawung untuk dijadikan ladang/huma

- Sasagaran: menggambarkan pertarungan atau mengadu kekuatan antara para pengikut puteri, di mana yang menang menjadi pengikut mutlak

 

Banyak sandiwara-sandiwara rakyat yang semotif, di antaranya: UBRUG, DUL MULUK, WAYANG SENGGOL,

 

KETUK TILU

 

Istilah Ketuk Tilu adalah suatu nama yang diambil dari waditra ketuk yang berjumlah tiga buah, semula alat-alat bunyi-bunyian tersebut dibuat dari bambu. Akan tetapi dalam kenyataannya pada waktu itu dilengkapi dengan waditra-waditra lain diantaranya: Tarompet, Kendang dan dua buah kulanter, Kempul dan Gong. Kemudian peranan Tarompet diganti dengan waditra Rebab, lengkapnya

 

 

BELENTUK NGAPUNG

 

Arti daripada Belentuk Ngapung adalah Ronggeng (belentuk) yang menari-nari (ngapung) di pentas. Dan mungkin berasal dari bunyi gamelan pengiring (belentuk adalah katak yang cembung dan berbunyi "tuk-ngak") mirip suara katak tersebut, yang disebabkan oleh alat bunyi-bunyian tiga buah ketuk, yang berbunyi di udara (ngapung). Jenis kesenian ini terdapat di daerah Purwadadi, Sukamandi dan Pabuaran. Yang merupakan suatu hiburan bagi masyarakat setempat.

Di daerah lain seperti di Sumedang jenis kesenian ini disebut Telembuk Ngapung. Kata ini berasal dari: Telembuk berarti wanita tuna susila, ngampung artinya berkeliling ke kampung-kampung. Hal ini sesuai dengan sifat-sifat dari pertunjukan kesenian tersebut seperti dapat diplihat dalam pertunjukannya pada waktu itu, yaitu:

Pertunjukan dipimpin oleh seorang "Lurah Kongsi", apabila si penonton menginginkan si penari (Ronggeng/Belentuk), harus memberi isarat kepada Lurah Kongsi. Sehabis pertunjukan selesai boleh dibawa sekehendak hati sengan imbalan tertentu, sedangkan ketika sedang pertunjukan ronggeng-ronggek mendapat upah yang disebut masak atau banceran dalam istilah lain