KANDAGA SENI DAN BUDAYA SUNDA

 

P A N T U N

Dalam upacara “Ngidepkeun” atau” Netepkeun pare” (memasukan padi ke leuit) yang disertai sesajen seperti bermacam-macam buah-buahan, umbi, kacang-kacangan, kupat leupeut tangtang angin.

Ada dua ikat padi (dua geugeus pare) yang dihiasi pakain laki-laki dan wanita, diwujudkan seperti mempelai putra dan putri.

 

Semua diletakan dimuka Juru Pantun (juru ceritra dalam bentuk puisi Sunda lama yang diceritakan atau dinyanyikan baik dalam bentuk prolog maupun dialog, dengan kacapi, tarawangsa dan suling sebagai sarana pengiring. Cerita yang dibawakan juru pantun antara lain: Ciung Wanara, MundingLiman, Malang Sari,P Panggung Karaton, Ganda Wangi, Ganda Wayang, Mintra Laya, Mintra Wangi, Sutra Kalang Gading, dan sebagainya.

 

Sebelum pertunjukan dimulai, selalu diawali dengan acara Ngarajah. Pembukaan sebelum memulai garapannya dengan maksud memohon kepada Tuhan Yang maha esa, dan mengheningkan cipta kepada para leluhur yang punya kerja (hajat) agar diberi kelancaran, selamat selama menjalankan tugasnya semalam suntuk

 

Sebagai lagu penghormatan, maka dilanjutkan dengan lagu Kidung atau Kembang Gadung, untuk daerah-daerah tertentu berdasarkan tradisi daerah setempat.

Ketika waktu telah memasuki larut malam, di mana para penonton telah mulai mengantuk, biasa diadakan adegan homur dengan dialog-dialog. Diantaranya adegan “Lengser Dangdan” (Lengser adalah seorang utusan raja yang sangat dipercayai raja dan disenangi masyarakat). Dalam adegan ini, dibawakan kalimat dan lagu yang bersifat humor, sehingga para penonton hilang rasa kantuknya.

 

Sering pula ki juru Pantun membawakan cerita “Batara Kala” da;am acara Ruatan yaitu upacara penolak bala bagi orang-orang atau bangunan supaya tidak tertimpa musibah (dimakan Batara Kala).

 

Manusia yang harus diruat berdasarkan kepercayaan antara lain:

a. Anak tunggal

b. Anak kembar laki-laki atau perempuan

c. Anak nanggung bugang( seseorang yang ditinggal mati oleh kakaknya dan adiknya),

d. Pandawa (lima anak laki-laki)

e. Pandawi (lima anak perempuan)

Sesajen harus lengkap, ditambah dengan alat-alat dapur, dan air bersih yang akan digunakan oleh yang diruat ketika mandi. Dilaksanakan setelah selesai pertunjukan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SULING KUMBANG

 

Suling Kumbang adalah alat penggembala kerbau atau binatang lainnya, yang selain sebagai alat hiburan juga dipergunakan sebagai senjata jika dia mendapat serangan binatang buas.

Bentuknya seperti bangsing (suling ditiup melintang/horizontal), diujungnya lancip sebagai alat penusuk. Lubangnya terdiri dari 2 buah, dapat ditiup dalam pasieupan rindu atau carang-carang.

Menurut kepercayaan mereka, seluruh binatang buas, terutama Harimau Kumbang, takut akan suling tersebut. Mungkin ada latar belakangnya.

 

KONGKORAK

 

Kongkorak merupakan instrumen yang dibuat dari kayu yang digantungkan di leher kerbau atau biri. bertujuan untuk memberi tanda terhadap binatang peliharaannya masing-masing, sehingga para gembala hapal betul akan bunyi dari kongkorak tadi.

Alat tersebut dijadikan waditra pada karawitan, di Jawa Tengah hampir sama dengan GENTONO. Istilah lain untuk alat seperti ini ada yang menyebut KOLOTOK