Kacapi

Kacapi merupakan alat petik asli Indonesia yang serumpun dengan alat petik serupa yang terdapat di Asia tenggara dan Asia Timur (Thai, Birma, Vietnam, Cina, Korea dan Jepang

Di Indonesia kacapi terdapat pada suku batak, sunda, Jawa, dayak, bugis, toraja, timor dan daerah-daerah lainnya, bentuk dan nama alatnya sendiri berbeda-beda, misalnya ada yang  menyebut kasapi, kacaping, kutiapi, kacapi, dsbnya.

 

Kacapi sunda, bentuk dn teknik memetiknya lebih berkembang dan sudah maju bila dibandingkan dengan alat-alat petik lainnya yang terdapat pada suku-suku lain di Indonesia, bahkan sekarang dengan adanya kemajuan teknologi, maka dibikinlah kacapi elektronik (kacapi yang diperkeras bunyinya dengan menggunakan arus listrik)

 

        1. Bentuk Kacapi Sunda

Berdasarkan pada bentuknya, kacapi sunda mempunyai dua macam bentuk, yaitu

a)    Kacapi parahu atau kacapi lesung atau ada pula yang menyebut kacapi gelung, terdiri dari kacapi indung (bentuknya besar) dan kacapi rincik (bentuknya kecil)

b)   Kacapi siter yang disebut juga kacapi peti atau kotak, lebih praktis untuk dibawa seperti halnya apabila membawa instrument gitar yang digunakan dalam musik.

Dari kedua bentuk kacapi di atas, pada pergelarannya mempunyai kekhususan, yaitu kacapi parahu digunakan pada pergelaran tembang Cianjuran, sedangkan kacapi siter untuk mengiringi Kawih bentuk anggana sekar, rampak sekar dan sekar-sekar lainnya

 

        2. Fungsi dan kedudukannya

Fungsi permainan kacapi dalam seni karawitan, baik gendingan maupun mengiringi sekar dan sebagai kelengkapan seni pantun dalam membawakan kisah-kisah raja zaman pajajaran, berfungsi dalam memainkan lagu luas sekali, baik sebagai pembawa irama, melodi, rangka lagu, lilitan dan akhiran lagu, tercakup dalam teknik permainanya. Oleh karena itu, kacapi merupakan alat yang istimewa, dapat digunakan untuk sekar, gending dan sekar gending, mudah dirubah larasnya sesuai dengan lagu yang akan dimainkan juga praktis untuk dibawa.

Kedudukan waditra kacapi adalah rangkap sebab dapat dimainkan secara mandiri tanpa bantuan waditra lain dan bisa pula berperangkat dengan waditra lain baik sebagai instrument pokok maupun instrument tambahan, misalnya pada kacapi-suling, kiliningan, degung, angklung, calung dan lain-lain.

 

    3. Motif Tabuhan

Seperti telah diuraikan di atas bahwa fungsi kacapi dalam memainkan lagu sangat luas. Maka pada perkembangan motif tabuh kacapi ada beberapa macam yaitu:

a)    Diranggem dan dikemprang untuk: mengirngi lagu sehingga kacapi berfungsi sebagai “panganti” (menanti jatuhnya suara yang akan jatuh, baik pada kenongan maupun goongan).

b)   Disintreuk untuk membuat melodi pendek atau melodi panjang baik sebagai intro maupun sisipan/gelenyu, maupun mengiringi sekar irama merdeka.

c)    Gabungan dari kedua motif tabuh di atas, digunakan untuk mengiringi sekar dan atau membuat melodi.

 

Di dalam pergelarannya, motif tabuh kacapi berbeda-beda tergantung kepada materi yang dipergelarkan, misalnya motif tabuh kacapi pada tembang Sunda/Cianjuran akan berbeda dengan motif tabuh pada Celempungan juga dengan jenaka sunda.

Untuk lebih jelasnya, baiklah kita tinjau satu persatu.

 

 

(1). Kacapi pada Tembang Cianjuran

q   Kebanyakan laras yang digunakan dalam Tembang Sunda/Cianjuran adalah laras pelog/degung, disamping laras nyorog/madenda, mandalungan dan laras salendro

q   Kacapi digunakan untuk:

q   Memberi patetan untuk sekar/vocal

q   Mengejar, melilit dan menunggu “rubuh-rubuh sora” dari melodi sekar;

q   Gelenyu-gelenyu (melodi awal dan melodi sisipan)

q   Mengiringi lagu panambih/extra

Contoh penulisan notasi kacapi Tembang

 

 

(2). Kacapi pada Pantun

Tabuh kacapi dalam pantun sebenarnya banyak hal yang sama dengan tabuh kacapi pada tembang, hanya teknis tabuhnya digunakan untuk memberi suasana, adegan-adegan perang, antawacana tiap tokoh, rajah, mengiringi sekar dan sebagainya.

Contoh notasi tabuh kacapi pantun:

 

 

 

(3).  Kacapi pada Celempungan

Kacapi pada celempungan fungsinya kebanyakan untuk mengiringi sekar, dengan cara dirangggeum. Laras yang biasa banyak digunakan adalah laras salendro. Adapun sekar bisa mempergunakan laras-laras lainnya. Dengan tabuhan yang sama, bisa mengiringi sekar yang larasnya lain, misalnya kacapi laras salendro mengingi sekar laras madenda atau degung, bahkan kadangkala laras pelog.

Terasa sekali bahwa kacapi dalam hal ini merupakan waditra yang fleksibel.

 

 

(4).  Kacapi pada Jenaka Sunda

Dalam kacapi Jenaka Sunda, kacapi dipetik (disintreuk) hanya pada bagian pangkat saja. Seterusnya tabuh “diranggeum” atau “dikemprang”. Wiletan kadang-kadang tidak tetap. Hal ini dikarenakan “aleu-aleu senggol” yang sengaja dibiarkan bebas berimprovisasi, yang akhirnya kacapi menanti rubuhnya suara/nada sekar.

 

Di samping tabuhan di atas ada pola motif tabuhan lain yang kedengarannya bisa membangkitkan orang tertawa. Hal ini merupakan kreasi dari madakeun kenongan atau goongan.

Contoh tabuhan semacam ini ditemukan pada kacapi Jenaka Sunda, dengan nama-nama tabuhan seperti: Belekuk, Tekuk, Pingping cakcak, Cir Gobang Gocir, Domba nini euntreu-euntreukeun, dan lain sebagainya.

 

(5).  Kacapi gaya Mang Koko

Ada beberapa hal perbedaan teknis menabuh kacapi gaya Mang Koko ini dengan tabuh kacapi lainya, yaitu:

(a)      Posisi tangan kanan dan kiri, di mana tiap jari mempunyai tugas masing-masing. Ada yang mengatakan system 10 jari.

(b)     Adanya gending macakal yang khusus (aransement) untuk suatu lagu dengan system dimelodikeun dengan cara dipetik/disintreuk berfungsi sebagai intro maupun gending panyelang/gelenyu/sisipan.

(c)      Penggunaan laras kacapi disesuaikan dengan laras pada sekar, misalnya sekar berlaras Madenda 4=Tugu, maka kacapi pun disurupkeun/steming ke laras madenda 4=Tugu.

(d)     Pirigan tidak selamanya diranggeum/dikemprang, tetapi kadangkala bersamaan dengan sekar atau dengan system rinengga ageng (bas).

 

Tidaklah berlebihan apabila Mang Koko disebut “Bapak Pamekaran Kacapi”, karena dari beliaulah lahir:

q       Etude-etude kacapi, sebagai penuntun untuk belajar kacapi

q       Membuat gending kacapi/aransement yang harmonis dengan sekar

q       Mempergunakan lebih dari satu kacapi dalam mengiringi suatu lagu karena adanya perpindahan laras dan surupan (misalnya: pada lagu : Irian Dayeuh nu Kula)

q       Instrumentalia melodi lagu sekar dengan mempergunakan teknik rinengga ageng

q       Timbulnya laras yang berbeda suasana akibat adanya surupan-surupan yang dibuat pada kacapi, seperti sorog, kobongan/mataraman.

q       Dengan adanya etude-etude , maka terciptalah suatu ansamble kacapi yang dapat dimainkan oleh banyak orang, misalnya 30 orang sampai 100 orang.

 

Contoh notasi tabuh kacapi gaya Mang Koko: